Beberapa waktu yang lalu saya sempat menonton film Avatar dalam format 3D (Tiga Dimensi). Cukup menghibur dan mengagumkan juga kalau film dibuat secara 3D, dimana kita bisa merasakan dimensi kedalaman dari gambar yang ditayangkan, sehingga terasa kita berada di dalam film tersebut. Di jaman sekarang, ternyat 3D tidak hanya dimonopoli oleh dunia Hiburan saja. Di dunia kedokteran pun 3D ini cukup berkembang. Salah satu yang baru beberapa bulan terakhir ini saya pelajari adalah 3D Echocardiography (USG Jantung secara tiga dimensi). Dengan teknik ini kita dapat melihat dan mempelajari struktur dari jantung secara lebih jelas dan detail. Bahkan salah satu merk alat Echocardiography menyediakan juga kacamata 3D untuk memperoleh kesan kedalaman yang lebih baik (walaupun menurut saya masih belum terlalu memuaskan untuk kesan kedalamannya, karena masih memakai teknik separasi warna dengan kacamata yang berwarna merah dan biru, bukan dengan polarisasi seperti yang dipakai di bioskop masa kini). Echocardiography tiga dimensi ini bisa dilakukan dari luar (trans thorakal echocardiography/TTE) atau melalui tenggorokan (trans esophageal echocardiography/TEE).
secara kualitas gambar TEE lebih baik dibandingkan TTE, tetapi TEE lebih invasif karena probe harus masuk ke dalam tengorokan (mirip seperti proses endoskopi).
Hal yang paling umum saya lakukan disini dengan 3D TEE adalah pencitraan dari katup jantung (dalam hal ini katup mitral), yang dilakukan sebelum dan sesudah pemasangan klip pada katup tersebut sebagai terapi pada kebocoran katup mitral, atau untuk menilai derajat kerusakan pada katup.
Kendala dari pemeriksaan ini adalah mahalnya probe 3D. Untuk probe 3D-nya saja harganya sudah sekitar 90.000€ tidak termasuk dengan mesin Echocardiographynya.
Selain dipakai di Echocardiography, teknik 3D juga sudah mulai diterapkan pada rekonstruksi jantung lewat MRI, sehinggal selain gambaran potongan jantung, kita dapat juga melihat jantung secara utuh, dan bisa dimanipulasi (diputar, pemotongan, dan sebagainya).
Mungkin tidak lama lagi kita dapat melihat organ tubuh hasil scaning secara holografik seperti di film science fiction.
"Forschung ist die beste Medizin" (Penelitian adalah pengobatan yang terbaik)
secara kualitas gambar TEE lebih baik dibandingkan TTE, tetapi TEE lebih invasif karena probe harus masuk ke dalam tengorokan (mirip seperti proses endoskopi).
Hal yang paling umum saya lakukan disini dengan 3D TEE adalah pencitraan dari katup jantung (dalam hal ini katup mitral), yang dilakukan sebelum dan sesudah pemasangan klip pada katup tersebut sebagai terapi pada kebocoran katup mitral, atau untuk menilai derajat kerusakan pada katup.
Kendala dari pemeriksaan ini adalah mahalnya probe 3D. Untuk probe 3D-nya saja harganya sudah sekitar 90.000€ tidak termasuk dengan mesin Echocardiographynya.
Selain dipakai di Echocardiography, teknik 3D juga sudah mulai diterapkan pada rekonstruksi jantung lewat MRI, sehinggal selain gambaran potongan jantung, kita dapat juga melihat jantung secara utuh, dan bisa dimanipulasi (diputar, pemotongan, dan sebagainya).
Mungkin tidak lama lagi kita dapat melihat organ tubuh hasil scaning secara holografik seperti di film science fiction.
"Forschung ist die beste Medizin" (Penelitian adalah pengobatan yang terbaik)