Itulah kira-kira judul salah satu Makalah yang dibawakan dalam Seminar yang saya ikuti akhir minggu lalu, yang memperingati 35 Tahun bagian Penyakit Jantung di Heidelberg, Jerman. Pembicara saat itu adalah Prof. Dr. Dr. Josef Niederbauer dari Paracelsus Medizinische Privatuniversität Salzburg.
Pada awal pembicaraan beliau mengutarakan hasil penelitian yang dilakukan pada tikus, bila tikus tersebut dibiarkan tidak aktif. Pembandingnya adalah tikus yang aktif. Tikus tersebut ada 2 kelompok. Kelompok pertama tikus yang sehat, dan kelompok kedua tikus yang secara genetik dibuat supaya mempunyai penyakit jantung (Penyempitan pembuluh darah koroner). Sehingga didapatkan 4 kelompok perlakuan pada tikus percobaan tersebut: Tikus sehat aktif, tikus sehat tidak aktif, tikus sakit aktif, tikus sakit tidak aktif. Hasilnya ternyata cukup mengejutkan juga. Dimana tikus sehat yang tidak aktif ternyata setara bahkan lebih buruk bila dibandingkan dengan tikus yang sakit tetapi aktif. Ternyata peran keaktifan tubuh itu sangatlah berperan penting bagi kesehatan.
Contoh yang dapat kita temui sehari-hari antara lain orang tua yang terkena stroke (pecah pembuluh darah otak). Setelah stroke mereka cendrung menjadi tidak aktif lagi, kebanyakan terbaring di ranjang, atau hanya bisa duduk di kursi roda. Kita bisa menyaksikan penurunan kondisi yang sangat drastis ketika mereka sudah tidak aktif lagi.
Ketidakaktifan ini pun memicu permasalahan kesehatan lainnya, antara lain kegemukan dan diabetes atau kencing manis, yang keduanya dapat memicu penyakit lainnya seperti tekanan darah tinggi, penyumbatan pembuluh darah, stroke, dan sebagainya.
Tetapi berapa aktifkah seharusnya? Dari literatur yang ada disebutkan bahwa kita harus bergerak aktif atau berolahraga dengan target minimum 150 menit per minggu. Olahraga tersebut dapat dibagi menjadi 3 kali per minggu, atau lebih. Tetapi yang paling penting adalah rutin dilakukan.
Untungnya untuk saya yang setiap hari mengendarai sepeda sekitar 40 menit untuk bekerja kebutuhan bergerak aktif tersebut dipenuhi setiap hari. Dan memang terasa, badan tidak mudah sakit (seperti flu, batuk atau pilek).
Jadi mulailah aktif bergerak alias berolah raga. Joging, bersepeda, berenang, atau bagi yang sudah sepuh jalan santai secara rutin. Atau mungkin harus dipikirkan membeli sepeda daripada membeli motor, selain lebih ramah lingkungan, juga membuat badan sehat dan kuat.
Contoh yang dapat kita temui sehari-hari antara lain orang tua yang terkena stroke (pecah pembuluh darah otak). Setelah stroke mereka cendrung menjadi tidak aktif lagi, kebanyakan terbaring di ranjang, atau hanya bisa duduk di kursi roda. Kita bisa menyaksikan penurunan kondisi yang sangat drastis ketika mereka sudah tidak aktif lagi.
Ketidakaktifan ini pun memicu permasalahan kesehatan lainnya, antara lain kegemukan dan diabetes atau kencing manis, yang keduanya dapat memicu penyakit lainnya seperti tekanan darah tinggi, penyumbatan pembuluh darah, stroke, dan sebagainya.
Tetapi berapa aktifkah seharusnya? Dari literatur yang ada disebutkan bahwa kita harus bergerak aktif atau berolahraga dengan target minimum 150 menit per minggu. Olahraga tersebut dapat dibagi menjadi 3 kali per minggu, atau lebih. Tetapi yang paling penting adalah rutin dilakukan.
Untungnya untuk saya yang setiap hari mengendarai sepeda sekitar 40 menit untuk bekerja kebutuhan bergerak aktif tersebut dipenuhi setiap hari. Dan memang terasa, badan tidak mudah sakit (seperti flu, batuk atau pilek).
Jadi mulailah aktif bergerak alias berolah raga. Joging, bersepeda, berenang, atau bagi yang sudah sepuh jalan santai secara rutin. Atau mungkin harus dipikirkan membeli sepeda daripada membeli motor, selain lebih ramah lingkungan, juga membuat badan sehat dan kuat.
"Orandum est, ut sit mens sana in corpore sano"