Minggu lalu merupakan minggu terakhir saya di bagian Echocardiography. Tak terasa memang sudah 8 Bulan saya ikut "bekerja" di bagian ini, dengan sekitar 2111 laporan (pemeriksaan) yang saya kerjakan, termasuk stress Echo, TEE 2D dan 3D. Pada saat-saat terakhir pun saya cukup beruntung bisa mendapat kesempatan melakukan proyek penelitian bersama kepala pelakasana di bagian Echo tentang 3D TEE (yang saat ini masih merupakan tahap awal dengan studi literatur dan pembuatan protokol penelitian). Semua hal tersebut benar-benar banyak menyita waktu saya selama ini, sehingga tulisan di Blog ini pun drastis berkurang.
Awal bulan ini saya pindah ke bagian berikutnya, Klinik Pace Maker & ICD (Schrittmacher und ICD Ambulanz / Klinik Pacu Jantung dan Defibrilator) yang merupakan bagian dari Group Rhytmology. Bagian ini sebenarnya merupakan pilihan saya pribadi, karena dokter kepala yang bertanggungjawab terhadap rotasi saya cukup membebaskan bagian mana yang saya pilih. Saya pikir bagian Rhytmology ini cukup penting dalam penanganan pasien dengan penyakit jantung. Semua pasien yang datang ke klinik jantung pasti akan mendapatkan minimal pemeriksaan EKG (Electro Cardiogram / rekaman grafik elektrik jantung). Dan cukup banyak yang mempunyai kelainan irama Jantung seperti AV-Block, Atrial tachykardie, Atrial fibrilasi, dan sebagainya. Pasien-pasien dengan kelaian irama jantung ini bila indikasinya terpenuhi akan mendapatkan implantasi alat pacu jantung yang diharapkan dapat membantu meregulasi kelainan irama jantung, selain pilihan terapi lain seperti ablasi, isolasi vena pulmonalis, atau hanya dengan obat-obatan yang optimal. Selain itu banyak juga pasien yang mengalami "lemah jantung" atau decompensatio cordis dengan ejection fraction kurang dari 35% mendapatkan implantasi alat defibrilasi. Menurut penelitian pada pasien decompensatio cordis sudah didapatkan juga banyak kelainan-kelainan irama jantung yang timbul akibat perubahan struktur otot jantung sendiri (akibat infrakt, dan sebagainya). Kelainan irama jantung ini dapat berbahaya dan mengancam (sampai terjadi henti jantung), misalnya Ventrikular tachykardie atau sampai Ventrikular fibrilasi. Kejadian ini akan memicu alat defibrilasi ini untuk mengeluarkan impuls listrik yang berusaha menetralisir irama jantung. Alat defibrilasi ini juga dapat berperan ganda sebagai pacu jantung yang dapat mengambil alih irama jantung bila terdapat kelainan misalnya bradykardie (irama jantung yang lambat).
Di bagian baru ini saya akan mempelajari segala sesuatu tentang 2 alat ini terlebih dahulu, dan mungkin kemudian berlanjut pada kemungkinan terapi lainnya di bagian Rhytmology ini. Kesulitan awal yang langsung terasa adalah banyaknya alat pemeriksaan yang masing-masing berbeda, tergantung dari merk dan tipe alat yang dipasang, walaupun protokolnya sebenarnya sama tetapi perbedaan GUI (Graphic User Intervace) pada masing-masing alat cukup membuat bingung juga.
Kesulitan yang akan saya hadapi di Indonesia nanti tentang alat pacu jantung dan ICD ini adalah masalah biaya, karena biaya pemasangan dan pemeliharaan kedua alat ini tidaklah murah. Untuk pemasangan saja membutuhkan biaya sekitar 10-35 ribu Euro tergantung dari jenis alat yang dipasang. Pemeriksaan pun dilakukan cukup rutin sekitar 3-6 bulan sekali bila tidak ada masalah. Dan alat ini membutuhkan pergantian bila batery sudah lemah, biasanya setelah sekitar 6-8 tahun, tergantung pemakaian. Untuk pasien di Jerman sendiri seluruh biaya ini ditanggung oleh Assuransi. Mudah-mudahan Pemerintah dapat memikirkan cara pembiayaan kesehatan masyarakat Indonesia kelak.
Awal bulan ini saya pindah ke bagian berikutnya, Klinik Pace Maker & ICD (Schrittmacher und ICD Ambulanz / Klinik Pacu Jantung dan Defibrilator) yang merupakan bagian dari Group Rhytmology. Bagian ini sebenarnya merupakan pilihan saya pribadi, karena dokter kepala yang bertanggungjawab terhadap rotasi saya cukup membebaskan bagian mana yang saya pilih. Saya pikir bagian Rhytmology ini cukup penting dalam penanganan pasien dengan penyakit jantung. Semua pasien yang datang ke klinik jantung pasti akan mendapatkan minimal pemeriksaan EKG (Electro Cardiogram / rekaman grafik elektrik jantung). Dan cukup banyak yang mempunyai kelainan irama Jantung seperti AV-Block, Atrial tachykardie, Atrial fibrilasi, dan sebagainya. Pasien-pasien dengan kelaian irama jantung ini bila indikasinya terpenuhi akan mendapatkan implantasi alat pacu jantung yang diharapkan dapat membantu meregulasi kelainan irama jantung, selain pilihan terapi lain seperti ablasi, isolasi vena pulmonalis, atau hanya dengan obat-obatan yang optimal. Selain itu banyak juga pasien yang mengalami "lemah jantung" atau decompensatio cordis dengan ejection fraction kurang dari 35% mendapatkan implantasi alat defibrilasi. Menurut penelitian pada pasien decompensatio cordis sudah didapatkan juga banyak kelainan-kelainan irama jantung yang timbul akibat perubahan struktur otot jantung sendiri (akibat infrakt, dan sebagainya). Kelainan irama jantung ini dapat berbahaya dan mengancam (sampai terjadi henti jantung), misalnya Ventrikular tachykardie atau sampai Ventrikular fibrilasi. Kejadian ini akan memicu alat defibrilasi ini untuk mengeluarkan impuls listrik yang berusaha menetralisir irama jantung. Alat defibrilasi ini juga dapat berperan ganda sebagai pacu jantung yang dapat mengambil alih irama jantung bila terdapat kelainan misalnya bradykardie (irama jantung yang lambat).
Di bagian baru ini saya akan mempelajari segala sesuatu tentang 2 alat ini terlebih dahulu, dan mungkin kemudian berlanjut pada kemungkinan terapi lainnya di bagian Rhytmology ini. Kesulitan awal yang langsung terasa adalah banyaknya alat pemeriksaan yang masing-masing berbeda, tergantung dari merk dan tipe alat yang dipasang, walaupun protokolnya sebenarnya sama tetapi perbedaan GUI (Graphic User Intervace) pada masing-masing alat cukup membuat bingung juga.
Kesulitan yang akan saya hadapi di Indonesia nanti tentang alat pacu jantung dan ICD ini adalah masalah biaya, karena biaya pemasangan dan pemeliharaan kedua alat ini tidaklah murah. Untuk pemasangan saja membutuhkan biaya sekitar 10-35 ribu Euro tergantung dari jenis alat yang dipasang. Pemeriksaan pun dilakukan cukup rutin sekitar 3-6 bulan sekali bila tidak ada masalah. Dan alat ini membutuhkan pergantian bila batery sudah lemah, biasanya setelah sekitar 6-8 tahun, tergantung pemakaian. Untuk pasien di Jerman sendiri seluruh biaya ini ditanggung oleh Assuransi. Mudah-mudahan Pemerintah dapat memikirkan cara pembiayaan kesehatan masyarakat Indonesia kelak.
"Whether a pacemaker or defibrillator (ICD). you have a paramedic on board now!"
No comments:
Post a Comment