Sewaktu pulang ke Indonesia saya sempat menonton beberapa film di Pesawat, salah satunya adalah laskar pelangi. Film ini sudah cukup lama beredar di Bioskop. Tetapi saya baru berkesempatan menontonnya sekarang. Saya mendengar dari pacar saya bahwa film ini bagus sekali. Beruntung saya bisa mempunyai kesempatan untuk menontonnya.
Pada kesempatan ini saya ingin menulis sebuah review kecil tentang film Laskar Pelangi ini. Film yang diangkat dari sebuah novel yang berjudul serupa ini mengambil setting di pulau Belitong ketika pertambangan timah sedang jaya-jayanya. Tetapi film ini tidak berhubungan dengan tambang timah tersebut. Film ini mengisahkan tentang sebuah sekolah yang hampir tutup karena tidak ada murid. Tetapi berkat kegigihan seorang guru wanita dan seorang kepala sekolah yang sudah tua, sekola ini mampu bertahan dengan 1 kelas saja yang berisi 10 orang murid, walaupun bangunannya hampir rubuh dan tidak ada dana yang mencukupi. Malahan gaji gurunya pun tidak terbayar, dan guru tersebut harus bekerja tambahan untuk mencukupi kehidupannya. Diperlihatkan juga pada film ini kontrasnya kehidupan dengan SD lainnya, yang gedung yang megah, dan peralatan penunjang yang memadai. Yang membuat kagum adalah perjuangan dari 10 orang murid serta guru dan kepala sekolah tersebut untuk belajar, berjuang untuk lepas dari belenggu kebodohan. Sesuatu hal yang mungkin tidak lagi terlihat jika manusia sudah dibuai dengan segala kemudahan untuk mendapat sesuatu.
Dari segi teknik filmnya sendiri, film ini patut diacungi jempol. Akting dari para pemainnya sangatlah bagus. Teknik pengambilan gambar pun tidak kalah dengan film Hollywood. Film ini bisa dikatagorikan sebagai film Indonesia yang wajib ditonton. Dimana belakangan ini film Indonesia kembali menjurus pada hal-hal yang berbau mistis dan komedi yang berbau sex dan tidak mendidik, film ini membawa pesan bahwa film Indonesia yang bermutu masih ada.
Dikabarkan bahwa sekuelnya yang merupakan kelanjutan novel laskar pelangi ini akan keluar juga. Semoga saya dapat juga menonton sekuelnya.
Pada kesempatan ini saya ingin menulis sebuah review kecil tentang film Laskar Pelangi ini. Film yang diangkat dari sebuah novel yang berjudul serupa ini mengambil setting di pulau Belitong ketika pertambangan timah sedang jaya-jayanya. Tetapi film ini tidak berhubungan dengan tambang timah tersebut. Film ini mengisahkan tentang sebuah sekolah yang hampir tutup karena tidak ada murid. Tetapi berkat kegigihan seorang guru wanita dan seorang kepala sekolah yang sudah tua, sekola ini mampu bertahan dengan 1 kelas saja yang berisi 10 orang murid, walaupun bangunannya hampir rubuh dan tidak ada dana yang mencukupi. Malahan gaji gurunya pun tidak terbayar, dan guru tersebut harus bekerja tambahan untuk mencukupi kehidupannya. Diperlihatkan juga pada film ini kontrasnya kehidupan dengan SD lainnya, yang gedung yang megah, dan peralatan penunjang yang memadai. Yang membuat kagum adalah perjuangan dari 10 orang murid serta guru dan kepala sekolah tersebut untuk belajar, berjuang untuk lepas dari belenggu kebodohan. Sesuatu hal yang mungkin tidak lagi terlihat jika manusia sudah dibuai dengan segala kemudahan untuk mendapat sesuatu.
Dari segi teknik filmnya sendiri, film ini patut diacungi jempol. Akting dari para pemainnya sangatlah bagus. Teknik pengambilan gambar pun tidak kalah dengan film Hollywood. Film ini bisa dikatagorikan sebagai film Indonesia yang wajib ditonton. Dimana belakangan ini film Indonesia kembali menjurus pada hal-hal yang berbau mistis dan komedi yang berbau sex dan tidak mendidik, film ini membawa pesan bahwa film Indonesia yang bermutu masih ada.
Dikabarkan bahwa sekuelnya yang merupakan kelanjutan novel laskar pelangi ini akan keluar juga. Semoga saya dapat juga menonton sekuelnya.
"Hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya"
Saya sangat terharu ketika menonton film ini.
ReplyDeleteKita berkecukupan (dari segi materi) untuk meraih pendidikan setinggi2nya, tetapi kita seringkali mengeluh akan itu. Tetapi di tempat sana masih banyak anak2 yang rindu akan pendidikan tapi tak mampu. Saya rasa ada baiknya departemen pendidikan di negara kita memperhatikan hal ini. Jangan sampai kita menyia2kan "bibit unggul" yang akan tumbuh menjadi bunga dan buah unggul bagi Indonesia.