Sesuai judulnya, saya pernah ditanya oleh pacar saya ketika suatu saat dia menjemput saya di Rumahsakit. "Itu koq dokter-dokter pada ngerokok didepan pintu?" Memang karena disini (Jerman) ada peraturan dilarang merokok di dalam gedung, terutama gedung publik. Waktu itu saya jawab saja sambil nyeletuk, "itu mah dokter gila."
Pengalaman saya tentang dokter yang merokok pun tidak segitu saja. Banyak juga pasien yang ketika dinasehati untuk berhenti merokok menjawab lah dokter aja ada yang merokok seperti kereta api (langsung menyalakan rokok baru setelah rokok yang dihisap habis) koq, masa saya harus berhenti.
Hal yang dianggap sepele inilah yang sebenarnya merusak citra Dokter. Selain itu menghambat pula kampanye kesehatan yang berusaha menghapuskan rokok dari dunia.
Ada baiknya kita bahas dulu tentang rokok itu sendiri. Rokok merupakan tembakau baik murni maupun campuran yang digulung dan dibungkus oleh bahan pembungkus baik kertas maupun daun, dan dibakar dan dihisap asapnya dari ujung lainnya. Efek positif dari Rokok ini sebenarnya hampir tidak ada, dan efek negatif dari rokok malahan segudang. Contoh-contoh dari efek negatifnya antara lain penyakit paru-paru, penyakit pembuluh darah dan jantung, penyakit keganasan, kelainan kandungan, penyakit psikologis, dan sebagainya.
Di klinik saya sering menemui penyakit paru-paru dan pembuluh darah yang disebabkan oleh rokok, mulai dari penyempitan pembuluh darah koroner jantung dan pembuluh darah lainnya diseluruh tubuh (pAVK, Winiwarter-Bürger Syndrom, sampai impotensi), penyumbatan vena akibat thrombosis, kanker paru-paru, COPD, kanker esophagus, stroke dan lain sebagainya. Dan anehnya, walaupun sudah ditulis peringatan dibungkusnya orang tetap saja tidak ada yang perduli.
Selain itu masih banyak lagi kerugian lainnya dari merokok ini, antara lain menambah beban pembelanjaan keluarga. Coba saja kita hitung-hitung kalau tidak percaya. Sebungkus rokok harganya kira-kira 10.000 rupiah. Bila anda menghabiskan 1-2 bungkus perhari, dalam sebulan anda membakar uang senilai 300-600ribu rupiah, satu tahun anda membakar 3.650.000-7.300.000. Belum lagi bila anda mengkonsumsi lebih dari 2 bungkus per hari. Bila dana pembelian rokok ini dialokasikan untuk kepentingan lain yang lebih bermanfaat, misalnya untuk peningkatan gizi atau pendidikan anak bukankah merupakan angka yang sangat berarti untuk meningkatkan mutu dan kualitas SDM Indonesia di masa mendatang?
Menurut pendapat saya pribadi sih seharusnya rokok ini sudah harus dimasukkan ke dalam kategori Narkoba, karena selain merusak tubuh seperti Narkoba lainnya, rokok juga menimbulkan ketergantungan, baik fisik maupun mental. Alangkah lebih baik lagi bila MUI misalnya mengharamkan juga rokok (Efeknya kan lebih berbahaya dari Facebook). Tetapi bila ditelusuri lagi sih tidak akan mungkin bisa. Lah yang seharusnya bisa membuat peraturan seperti itu, termasuk dokter, pun penikmat rokok.
Kembali lagi ke topik utama. Saya pun heran kepada rekan dokter yang masih saja merokok. Apakah ijazahnya dapet beli, atau pas ujian nyontek semua, atau bagaimana entahlah. Sewaktu kuliah dan selama di klinik pun para Dokter seharusnya sudah tahu apa dampak buruk merokok. Tetapi koq masih ada saja yang masih bodoh mau memakainya. Yah kalau lulus ujiannya hasil mencontek sih dapat dimaklumi, mungkin tidak pernah membaca dan mendengarkan kuliah sewaktu dampak negatif rokok bagi kesehatan ini diberikan. Dan sialnya dokter-dokter semacam inilah yang dijadikan panutan para pecandu rokok ini. Dokter yang seharusnya berperan sebagai agent of change untuk masyarakat malah membawa masyarakat kedalam keterpurukan (dalam hal masalah kesehatan).
Yah bagaimanapun saya hanya bisa menulis di Blog campur aduk ini. Tetapi saya tetap mengajak semua orang untuk tidak merokok. Dan bila anda mau merokok tolong telanlah asap rokok itu semua untuk diri anda sendiri, jangan dibagi-bagi ke lingkungan sekitar anda. Ingatlah, dengan merokok anda berarti menyebarkan penyakit kepada orang-orang di sekitar anda, termasuk pada orang yang anda sayangi.
"Sebelum mencoba membenahi orang lain, benahilah dulu diri sendiri. Bagaimana bisa menolong orang lain bila diri sendiri sedang berada dalam kesusahan."
Pengalaman saya tentang dokter yang merokok pun tidak segitu saja. Banyak juga pasien yang ketika dinasehati untuk berhenti merokok menjawab lah dokter aja ada yang merokok seperti kereta api (langsung menyalakan rokok baru setelah rokok yang dihisap habis) koq, masa saya harus berhenti.
Hal yang dianggap sepele inilah yang sebenarnya merusak citra Dokter. Selain itu menghambat pula kampanye kesehatan yang berusaha menghapuskan rokok dari dunia.
Ada baiknya kita bahas dulu tentang rokok itu sendiri. Rokok merupakan tembakau baik murni maupun campuran yang digulung dan dibungkus oleh bahan pembungkus baik kertas maupun daun, dan dibakar dan dihisap asapnya dari ujung lainnya. Efek positif dari Rokok ini sebenarnya hampir tidak ada, dan efek negatif dari rokok malahan segudang. Contoh-contoh dari efek negatifnya antara lain penyakit paru-paru, penyakit pembuluh darah dan jantung, penyakit keganasan, kelainan kandungan, penyakit psikologis, dan sebagainya.
Di klinik saya sering menemui penyakit paru-paru dan pembuluh darah yang disebabkan oleh rokok, mulai dari penyempitan pembuluh darah koroner jantung dan pembuluh darah lainnya diseluruh tubuh (pAVK, Winiwarter-Bürger Syndrom, sampai impotensi), penyumbatan vena akibat thrombosis, kanker paru-paru, COPD, kanker esophagus, stroke dan lain sebagainya. Dan anehnya, walaupun sudah ditulis peringatan dibungkusnya orang tetap saja tidak ada yang perduli.
Selain itu masih banyak lagi kerugian lainnya dari merokok ini, antara lain menambah beban pembelanjaan keluarga. Coba saja kita hitung-hitung kalau tidak percaya. Sebungkus rokok harganya kira-kira 10.000 rupiah. Bila anda menghabiskan 1-2 bungkus perhari, dalam sebulan anda membakar uang senilai 300-600ribu rupiah, satu tahun anda membakar 3.650.000-7.300.000. Belum lagi bila anda mengkonsumsi lebih dari 2 bungkus per hari. Bila dana pembelian rokok ini dialokasikan untuk kepentingan lain yang lebih bermanfaat, misalnya untuk peningkatan gizi atau pendidikan anak bukankah merupakan angka yang sangat berarti untuk meningkatkan mutu dan kualitas SDM Indonesia di masa mendatang?
Menurut pendapat saya pribadi sih seharusnya rokok ini sudah harus dimasukkan ke dalam kategori Narkoba, karena selain merusak tubuh seperti Narkoba lainnya, rokok juga menimbulkan ketergantungan, baik fisik maupun mental. Alangkah lebih baik lagi bila MUI misalnya mengharamkan juga rokok (Efeknya kan lebih berbahaya dari Facebook). Tetapi bila ditelusuri lagi sih tidak akan mungkin bisa. Lah yang seharusnya bisa membuat peraturan seperti itu, termasuk dokter, pun penikmat rokok.
Kembali lagi ke topik utama. Saya pun heran kepada rekan dokter yang masih saja merokok. Apakah ijazahnya dapet beli, atau pas ujian nyontek semua, atau bagaimana entahlah. Sewaktu kuliah dan selama di klinik pun para Dokter seharusnya sudah tahu apa dampak buruk merokok. Tetapi koq masih ada saja yang masih bodoh mau memakainya. Yah kalau lulus ujiannya hasil mencontek sih dapat dimaklumi, mungkin tidak pernah membaca dan mendengarkan kuliah sewaktu dampak negatif rokok bagi kesehatan ini diberikan. Dan sialnya dokter-dokter semacam inilah yang dijadikan panutan para pecandu rokok ini. Dokter yang seharusnya berperan sebagai agent of change untuk masyarakat malah membawa masyarakat kedalam keterpurukan (dalam hal masalah kesehatan).
Yah bagaimanapun saya hanya bisa menulis di Blog campur aduk ini. Tetapi saya tetap mengajak semua orang untuk tidak merokok. Dan bila anda mau merokok tolong telanlah asap rokok itu semua untuk diri anda sendiri, jangan dibagi-bagi ke lingkungan sekitar anda. Ingatlah, dengan merokok anda berarti menyebarkan penyakit kepada orang-orang di sekitar anda, termasuk pada orang yang anda sayangi.
"Sebelum mencoba membenahi orang lain, benahilah dulu diri sendiri. Bagaimana bisa menolong orang lain bila diri sendiri sedang berada dalam kesusahan."
TS Muliadi, Dokter adalah manusia juga, shg banyak Dr yang merokok juga.
ReplyDeleteSaya pernah kedatangan pasien pria , 65 th dg Bronchitis chronis e.c. merokok 3 pak kretek/ hari. Saya anjurkan utk stop merokok, tapi ngotot tidak mau. kalau tidak mau saya tidajk akan beri Resep obat batuk. Ia jawab :"Percuma, Dok, merokok atau tidak manusia tetap akan mati." Gleg saya terhenyalk lalu menjawab :" Iya tapi anda mati duluan". he...he....
"Welcome to the web experts treatment of various types of diseases, do not forget to get the best health solutions here"
ReplyDeleteObat Malesma Paling Ampuh
Obat Psoriasis Paling Ampuh